Monday, October 22, 2018

Modernisasi Pengadaan Publik dari Clerical Work Menuju Strategic Procurement

Bertrand Piccard, seorang penjelajah yang berkeliling dunia dengan menggunakan pesawat yang hanya  bertenaga cahaya matahari, membuka kegiatan The EcoProcura 2018 Conference dengan memberikan energi bagi para peserta untuk dapat menjadi agen perubahan di dalam modernisasi pengadaan publik.

“The challenge is not technology, it’s psychology. Procurers need to change mindsets and become change makers!”

Pada 3 – 5 Oktober 2018, telah diselenggarakan The EcoProcura 2018 Conference, yang merupakan seri ke-10 dari kegiatan EcoProcura, yang dilaksanakan di Gedung De Vereeniging Concert Hall, Kota Nijmegen, Belanda. Sebuah kota yang menyandang gelar European Green Capital, yang mendapatkan gelar tersebut karena adanya kolaborasi pihak Pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha untuk menjadikan Kota Nijmegen menjadi kota yang ramah lingkungan.

EcoProcura 2018 dihadiri oleh lebih dari 300 orang peserta dari 30 negara yang berasal berbagai macam latar belakang pekerjaan yang berhubungan dengan pengadaan publik, baik pelaksana pengadaan, penyusun kebijakan, akademisi, penyedia, jurnalis, dan termasuk LKPP yang mengirimkan dua delegasinya untuk mengikuti kegiatan ini.

Kegiatan EcoProcura merupakan wadah pertemuan dan diskusi untuk berbagi pengalaman antara para pelaksana pengadaan di berbagai level. Pada tahun ini EcoProcura lebih mengeksplorasi bagaimana pemerintah dapat meningkatkan kapasitasnya dan saling berbagi pengalaman untuk menerapkan solusi yang sudah tersedia untuk berbagai masalah lingkungan dan sosial melalui pengadaan publik atau dikenal dengan istilah Sustainable Public Procurement (SPP). Tema dari konferensi ini adalah Using Procurement To Meet Strategic Goals.

Selama tiga hari penyelengaraan konferensi EcoProcura, secara umum kegiatan dibagi ke dalam tiga tipe sesi, yaitu sesi plenary, sesi breakout, dan sesi market lounge yang diisi oleh pembicara dari berbagai macam latar belakang dan dari berbagai level pemerintahan, yang berbagi pengalaman mereka di bidang pengadaan publik yang berkelanjutan. Sesi market lounge menjadi salah satu sesi yang menarik karena terasa lebih personal dan efektif. Pada sesi ini ada 28 pemateri yang siap berbagi pengalaman mereka dalam melaksanakan SPP, satu pemateri duduk satu meja dengan peserta sebanyak 5-8 orang. Selama 2 jam sesi ini, peserta dapat memilih tiga tema dari tiga pemateri yang ingin mereka ikuti.

Strategic Procurement

Strategic procurement adalah sebuah istilah yang menjadi topik yang hangat dibicarakan pada konferensi ini. Mark Hidson, Global Director Sustainable Procurement Centre, ICLEI Europe, dalam presentasinya menyampaikan evolusi dari pengadaan publik, bagaimana perkembangan pengadaan publik selama 20 tahun ke belakang dan tantangan dalam mengubah mindset terhadap pengadaan, dari yang dianggap hanya sebatas clerical work menjadi sebuah poweful tool dalam mengimplementasikan kebijakan yang lebih luas.

Dengan daya beli pemerintah yang sangat besar, public procurement menjadi salah satu alat yang efektif dalam mencapai tujuan-tujuan yang tercantum di dalam kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti kebijakan yang terkait dengan pemerataan pembangunan, pemerataan ekonomi, perlindungan lingkungan, kebijakan sosial, ataupun kebijakan-kebijakan lain. Termasuk kebijakan pembangunan berkelanjutan (pembangunan yang memperhatikan aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi), yang telah disepakati pemerintah di berbagai negara melalui Sustainable Development Goals (SDGs). Strategic procurement juga dipandang sebagai istilah yang lebih ramah bagi para politisi dan para pengambil kebijakan karena lebih berorientasi terhadap outcome.

Salah satu tantangan untuk menjadikan public procurement sebagai alat strategis bagi implementasi kebijakan adalah meningkatkan kapasitas organisasi, bagaimana mengubah cara pandang terhadap public procurement dari mulai level pengambil kebijakan sampai pada level pelaksana. Dr. Jolien Grandia, Assistant Professor dari Erasmus School of Social and Behavioural Sciences, Erasmus University Rotterdam, dalam presentasinya mengemukakan bahwa kuncinya adalah “willing and able” atau mau dan mampu untuk berubah. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Paul Louis Iske, Chief Failure Officer, The Institute for Brilliant Failures, yang menyampaikan bahwa Peningkatan kapasitas organisasi adalah sebuah hal yang mutlak, karena “New Technology + Old Organisation = Expensive Old Organisation”.

Lalu apakah kita sudah siap mengubah cara pandang kita terhadap pengadaan publik? Tidak hanya cara pandang internal LKPP sebagai pengembang strategi dan kebijakan pengadaan barang/jasa saja, namun seluruh pelaksana pengadaan pada semua level di seluruh Indonesia.

0 comments

Post a Comment

Pages